Sabtu, 30 April 2016

Himawari no Yakusoku eps 3

Prolog :

Aku merasakannya tapi tidak bisa mengungkapkannya. Di atas rumput ini aku terduduk dan diam. Aku bisa merasakan teman-teman ku berbahagia saat ini. Aku ingin melihat wajah mereka. Namun sepertinya tidak mungkin.

Tapi, aku merasakan hal lain yang datang. Aku harap bukan hal yang menyakitkan hati orangtua dan juga teman-teman ku...

-eps 3-Perasaan Buruk-

Midorima pun memakai celemek dan menyalakan kompor. Menuangkan minyak kedalam wajan dan menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan dia masak. Tidak lupa melepas tapping di tangannya. Gayanya saja sudah seperti chef terkenal.

Dengan lihainya, Midorima memotong daun bawang dengan cepatnya. Potongan yang sangat pas bahkan tidak mengenai tangannya.

Sedangkan Takao yang menunggu di ruang keluarga mendengar suara tok-tok-tok dari dapur. Ia jadi makin tidak sabar dan sangat lapar. Karena ia masih belum makan malam. Bau bahan-bahan makanan yang digoreng tambah membuatnya makin lapar. Suara perutnya bahkan terdengar.

--

Setelah beberapa menit. Midorima akhirnya selesai juga memasak.

“Ini” Midorima menaruh dua mangkuk piring diatas meja kemudian kembali lagi ke dapur.

“Shin-chan ayo buruan, aku sudah lapar...” entah suara Takao dibuat-buat atau tidak. Tapi ia memang kelaparan.

“Jika kau tidak sabar makanan mu tidak akan pernah datang nanodayo”

“Apa itu ancaman he?”

“Ini” Midorima langsung menyajikan lauknya di atas meja. Telur gulung dengan saus di atasnya.

“Whoa...” Takao sweat drop melihat ini. Pertama kalinya ia melihat Midorima menyajikan masakan buatannya. Terlihat begitu lezat.

Midorima pun duduk di depan Takao. Setelah puas menata posisi duduknya menjadi rapi dan nyaman, mereka pun memulai makan.

“Baiklah selamat makan!” Takao terlihat kegirangan mengisi perutnya yang lapar. Ternyata memang benar apa yang dipikirkan Takao, masakan buatan Midorima enak, bahkan melebihi masakan buatannya. Sedangkan Midorima sekarang memulai makan dengan hati-hati dan perlahan agar ia tidak tersedak atau semacamnya, memang kalau menyangkut hal kerapian dan kedisiplinan, Midorima lah ahlinya.

“Rghh!... aku kenyang..terimakasih makanannya..” dilihat dari suara sendawanya yang keras, Takao sudah mengisi seluruh bagian perutnya. Sekarang perutnya penuh dengan makanan yang ia makan. Kenyang.

“Perut mu akan sakit jika kau memakannya dengan cepat seperti itu nanodayo...”

“Lagi-lagi mengatakan hal bodoh? Hhm.. kau ini tidak bisa menikmati hal menyenangkan dalam hidup mu ya?”

“Hal menyenangkan?...”

Midorima teringat sesuatu dalam masa kecilnya. Ia memang tidak pernah melakukan satu pun hal yang menyenangkan dalam hidupnya. Yang ia lakukan hanyalah membaca buku seperti yang dilakukan orang di atas umurannya. Namun, ia tidak ingat mengapa ia melakukan hal yang membuat hidupnya berubah seperti ini.

“Shin-chan... Oiy Shin-chan!” Takao menjentikkan jarinya beberapa kali untuk menyadarkan Midorima yang melamun.

“Huhm?”

“Lagi-lagi melamun ya?”

“Terserah aku nanodayo” Midorima kembali menyantap makanannya. Sedangkan Takao hanya tersenyum melihat tingkah laku temannya yang satu ini. Semua tingkahnya, sifat tsunderenya, poker face nya, hal itu yang membuat Takao betah menjadi teman Midorima.

--

Setelah makan, mereka pun duduk sejenak untuk membiarkan sejenak makanan di dalam perut mereka agar turun. Sekarang baik Midorima maupun Takao tidak ada yang memulai pembicaraan. Takao sedang sibuk melamun sambil menatap langit-langit, sedangkan Midorima sibuk memainkan bolpoin di tangannya. Sepi.

“Ne.. Shin-chan” Takao pun berusaha memulai pembicaraan agar suasana tidak runyam seperti ini.

“Apa?”

“Apa menurut mu aku harus berhenti bermain basket?”

Mendengar kalimat itu, Midorima menghentikan bermain bolpoinnya. Ia langsung menatap Takao.

“Apa maksud mu? nanodayo”

“Yah.. mungkin apa aku terlihat sakit atau bagaimana?”

“Kau terlihat sehat saja”

“Kalau begitu jika semisalnya beberapa minggu lagi atau bahkan besok tiba-tiba aku jatuh sakit. Apakah aku harus keluar dan berhenti bermain basket?”

Jujur Midorima kesal dengan pertanyaan Takao barusan. Takao tidak mungkin selemah itu. Bahkan jika ia sakit, dia pasti akan memaksakan dirinya untuk bermain. Karena ia juga pernah melakukannya dulu.

“Hh.. Takao, semua kata-kata mu itu adalah doa. Jadi, jika kau mengatakan hal buruk seperti ini, hal buruk itu akan terjadi. Lebih baik jangan katakan hal yang memang tidak akan terjadi nanodayo. Dan juga, tim masih membutuhkan mu. Aku juga masih mengharapkan mu partner...” untuk kalimat terakhir barusan, Midorima sedikit membenarkan kacamatanya. Ia sepertinya gugup.

Takao melihat Midorima. Perlahan wajahnya memerah dan senyuman muncul dari wajahnya. Ia merasa sangat bahagia mendengar kata-kata yang tidak pernah ia dengar sebelumnya.

“Shin-chan...”

“Huhm?”

“APA ITU BENAR?? TERIMAKASIH!!!” Takao langsung kegirangan dan bersiap memeluk Midorima. Sedangkan Midorima dengan santainya menggeser kursinya sehingga Takao tidak sampai memeluknya, melainkan jatuh membentur lantai.

“Aduh... Shin-chan!!..” kata Takao dengan mengelus-elus kepalanya yang sakit.

Begitulah hari ini berlalu. Ladang Matahari yang belum terjamah oleh orang lain hingga perkataan tiba-tiba dari Midorima yang membuat Takao bahagia. Meskipun tidak banyak yang terjadi, namun seperti berjuta-juta yang mereka lalui hari ini.

“Baiklah, aku pulang dulu”

“He Shin-chan? Secepat itu?”

“Orangtua ku bisa khawatir jika aku tidak pulang nanodayo, dan juga...” Midorima menghentikan jalannya “Besok kita harus berjuang... nanodayo”

Lagi-lagi senyuman muncul dari wajah Takao “Iya”

“Kalau begitu sampai besok” Midorima pun keluar dari rumah Takao yang hangat.

“Iya, hati-hati di jalan ya!” kata Takao melambaikan tangannya hingga Midorima menutup pintunya. Disaat itu lah pikiran Takao kembali ke pertanyaan yang ia tanyakan tadi. Tentang ia akan berhenti bermain basket. Seperti akan ada suatu hal yang buruk terjadi.

--bersambung—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar