Sabtu, 30 April 2016

Himawari no Yakusoku eps 9

-eps 9-Kenyataan yang pahit-

Midorima menunggu di ruang tunggu UGD rumah sakit. Ia tidak tau sebenarnya sedang menunggu apa. Menunggu kepastian bagus, atau menunggu kepastian buruk. Namun ia tidak bisa berpikir soal kepastian bagus. Mengingat luka di kepala yang baru saja ia lihat sesaat setelah Takao tertabrak truk di jalan. Untungnya Truk itu sempat mengerem. Tapi apa daya, kecelakaan tak dapat terhindarkan lagi. Kepala Takao mengalami pendarahan hebat.

Setelah melihat keadaan temannya yang seperti itu, Midorima hanya bisa terdiam dan berdoa. Ia terus menundukkan kepala sampai ada kepastian dari dokter. Ia tidak percaya ini semua akan terjadi.

“Midorima!” seseorang dari ujung memanggil Midorima dan terlihat sangat panik. Dia adalah Kagami. Ia tidak sendirian, melainkan bersama Momoi, Aomine, dan Kise.

“Kalian?...”

“Tadi kami melihat mu masuk ke dalam rumah sakit setelah beberapa dokter membawa seseorang di atas ranjang kedalam. Ada apa?”

“Apa itu Takao?!!” sambung Aomine yang rasa penasarannya tidak mau kalah dengan Kagami.

“Takao-cchi?!! Apa dia baik-baik saja?!!” tambah Kise yang sama penasarannya dengan ke dua temannya tadi.

“.. itu..” Midorima tidak bisa menjawab. Midorima merasa jika sebaiknya dia tidak menjawab jika tidak mau temannya tambah mengkhawatirkan Takao dan dirinya. “Takao.. hanya luka ringan.. dia akan pulih beberapa saat kemudian nanodayo...” dusta Midorima.

“Benarkah begitu-ssu? Syukurlah..” nampaknya kise mempercayai hal itu.

Midorima lega jika akhirnya ada yang percaya dengan ucapannya. Meskipun ia merasa sedikit bersalah.

“Oiy Midorima?” tiba-tiba Kagami mendekat. Midorima melihat ke arah Kagami. Dan Tiba-tiba, Kagami menjotos Midorima hingga terpelanting dari kursinya.

“Taiga-kun, Apa yang kau lakukan?!!”

“Oiy Kagami!!”

“Kagami-cchi ada apa?!!”

Kagami terdiam dengan geraman yang nampak sangat marah. Sedangkan Midorima yang tersungkur di lantai hanya bisa terdiam. Kagami tau apa yang di rahasiakan Midorima dari semua orang.

Kagami kemudian menarik kerah baju Midorima. “Kau pikir aku percaya padamu?..”

“Aku tidak mengerti apa ucapan mu itu nanodayo..”

“APA KAU PIKIR AKU PERCAYA PADAMU?!!! Apa aku kurang jelas?! Kau bilang hanya luka kecil? Aku melihat wajah Takao dengan jelas saat ia di bawa ke dalam. Di saat seperti itu aku memanggil teman-teman untuk melihat keadaannya.. Tapi.. Aku tidak percaya jika kau berbohong seperti itu!! Dengan luka kepala seperti itu tidak bisa disebut dengan luka kecil, pikirkan perasaan orang yang kau bohongi jika mereka tiba-tiba tau apa yang terjadi!”

Sesaat seluruh ruangan terdiam. Semuanya yang berada di ruang tunggu terdiam. Bahkan Midorima. Ia merasa bersalah akan apa yang ia perbuat. Bahkan ia sampai berbohong seperti itu.

“Maaf..” kata Midorima perlahan.

“Hah?”

“Maaf.. telah membohongi kalian semua.. aku hanya tidak ingin kalian mengkhawatirkan Takao seperti saat.. Kuroko..” tiba-tiba air mata menetes dari balik kelopak mata Midorima.

“Midorima? Kau.. ” kemudian Kagami melepaskan cengkramannya.

“Aku tidak ingin jika nasib Takao akan berakhir seperti Kuroko.. ”

Semua pun terdiam. Semua terpaku setelah melihat Midorima yang menangis dan mengingat Kuroko sampai seperti itu. Membuat semua orang yang ada disana juga teringat kembali oleh Kuroko. Bahkan bisa dibilang mereka hampir melupakan Kuroko.

“Bodoh..” Kagami pun mengulurkan tangannya “Padahal siapa yang terakhir kali bilang jika menangis itu tak ada gunanya. Lagi pula Kuroko sudah berjuang melawan penyakitnya dari lahir hingga ia memenangkan Winter cup yang merupakan cita-citanya. Dia tidak selemah itu.. jadi tidak ada gunanya menangisi kepergiannya. Bahkan ia menuliskan surat pada ku agar selalu tersenyum dan segera melupakan kesedihan saat kehilangannya. Tapi kau yang malah membuat ku teringat padanya.. dasar bodoh.”

Midorima pun mengusap air mata yang keluar dari kedua matanya. Ia kemudian tersenyum dan meraih tangan Kagami. “Kau benar dia tidak selemah itu..”

“Jika kau menangis seperti ini lagi.. aku tidak akan memaafkan mu.”

“Baiklah aku minta maaf nanodayo..”

Mereka pun kembali berbaikan. Tapi, ada satu lagi yang masih mereka tunggu. Kepastian dari dokter akan apa yang terjadi pada Takao. Mereka hanya bisa berdoa menanti kepastian baik atau buruk dari dokter.

--

Setelah berjam-jam menunggu. Bahkan hingga tengah malam. Akhirnya dokter yang ditunggu datang juga.

“Apa kah disini ada yang berasal dari keluarga Takao-kun atau sanak saudaranya?”

Tidak ada yang menjawab. Tapi kemudian Midorima berdiri dari tempat duduknya membuat semua yang terdiam beralih memandang Midorima.

“Maaf sebelumnya.. Takao telah kehilangan Ibunya beberapa hari lalu, dan ayahnya meninggal dunia di saat ia masih kecil” kata Midorima berusaha menjelaskan.

“Oh.. saya turut berduka cita atas itu. apakah ada sanak saudaranya lainnya, nenek atau paman.”

Midorima terdiam layaknya kehabisan kata-kata. Ia takut jika nenek Takao terkejut dan shock dengan kejadian ini jika ia tau hal yang menimpa Takao.

“Tidak.. Seluruh sanak saudaranya pergi bekerja di luar negeri. Jadi ia tinggal sendiri sekarang..” dusta Midorima lagi. Membuat semua orang yang tadinya melihat Midorima beralih lagi.

“Kalau begitu.. anda orang terdekat Takao-kun.”

“Saya temannya”

“Kalau begitu ikuti saya.”

Kemudian dokter itu berjalan meninggalkan ruang tunggu di depan UGD. Midorima pun mengikuti dokter itu di belakang. Ia merasa akan ada kepastian buruk yang datang. Tapi, ia tidak boleh membayangkan yang aneh-aneh. Ia harus berpikiran positif tentang kepastian yang datang nanti.

Dokter pun berhenti di depan suatu ruangan berpintu kayu berwarna putih. Dokter mempersilakan Midorima masuk kedalam ruangan itu. Kemudian dokter itu juga masuk dan menutup pintu dengan rapat.

Dokter pun duduk di atas kursi di depan mejanya. Midorima juga duduk tepat di atas kursi di depan dokter.

“Jadi apa yang terjadi dengan Takao?”

“Hh.. sebelumnya saya minta maaf mengatakan ini.. tapi” ekspresi dari dokter itu menjelaskan jika akan ada berita buruk datang. Midorima pun merasa khawatir. “Kabar baiknya, Takao-kun akan siuman tidak lama lagi. Kabar buruknya.. otaknya agak sedikit terguncang saat kecelakaan yang membuat Takao-kun..” dokter itu berdehem sejenak “harus kehilangan kemampuan berjalannya..”

Midorima terkejut bukan main. Apa ia tidak salah dengar. Takao tidak akan berbicara lagi, dan juga berjalan.

“Nasib baik kecelakaan itu tidak membenturkan ke indra penglihatannya.”

“Apa tidak ada cara untuk membuatnya sehat kembali?” kata Midorima yang nampaknya tidak terima dengan kenyataan yang telah di beritahukan dokter kepadanya.

“Kami benar-benar minta maaf. Masih belum pernah ada yang bisa sembuh dari luka yang dalam seperti itu.. kami benar-benar minta maaf..”

“Tidak mungkin ...” Midorima hanya bisa terdiam dan terduduk di atas kursi yang ia duduki saat ini. Padahal Takao baru saja ceria kembali. Jika Takao tau ia tidak lagi bisa berbicara dan berjalan. Maka harapannya untuk menjadi pemain basket nomor satu di jepang pupus sampai disini. Mengingat permintaan Takao membuat Midorima ingin meneteskan air matanya. Namun, sekuat mungkin ia harus menahannya.

--bersambung--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar