Sabtu, 30 April 2016

Himawari no Yakusoku eps 4

Prolog :

Aku merasakan seperti ada angin yang tidak biasa menerpa rambut ku. Aku yakin musim dingin masih lama lagi. Tapi entah mengapa aku merasakan angin yang terasa sangat dingin. Tapi angin dingin ini tak biasa.

Kadang kala aku merasa rindu dengan kamar di rumah dan juga keluarga ku. Aku juga rindu pada semua teman-teman ku di sana. Di saat itu juga aku ingin menangis, namun aku tidak bisa. Aku lupa bagaimana cara ku untuk berekspresi. Menangis, tersenyum. Semua hal itu tidak bisa aku lakukan saat ini...

-eps4- Mimpi Buruk-

Di sebuah bak mandi di kamar mandi, di situ lah Midorima berendam dan menenangkan dirinya dari semua kegiatan melelahkan hari ini. Mulai dari pelajaran dari sekolah, hingga ia mengunjungi rumah Takao di akhir. Itu semua terasa melelahkan, apalagi Midorima yang tidak begitu suka bepergian. Ia pun memejamkan matanya dan membiarkan seluruh kepalanya terendam.

Midorima merasa sedikit tenang sekarang. Ia tidak bisa mendengar siapa pun di dalam air, meskipun keluarganya sedang berisik di ruang keluarga depan kamar mandi. Seluruh badannya ada didalam air.

Di saat itu juga, Midorima membayangkan sesuatu. Tentang apa yang terjadi hari ini. Ia melihat ladang bunga matahari dan juga ada seseorang di sana. Takao? Apa yang ia lakukan. Midorima mendekati sosok Takao yang sudah tidak jauh lagi darinya.

“Takao”

“Oh...” Takao berbalik “Shin-chan?”

“Apa yang kau lakukan di sini?”

“Hmm harusnya aku yang bertanya, kau diam-diam memata-matai ku ya?”

Midorima hanya membuang mukanya dan berkata “Aku tidak sengaja pergi ke sini nanodayo”

“He? Apa kah itu tsundere mu? Harus ku akui itu lebih kaku dari biasanya” ejek Takao.

“Aku bukan tsundere nanodayo!”

“Yah... aku pergi ke tempat ini, hanya untuk ....” tiba-tiba suara terakhir yang diucapkan Takao tidak terdengar di telinga Midorima.

“Hah? Kau bilang apa?”

Namun Takao sepertinya juga tidak mendengar apa kata Midorima. Ia langsung saja pergi meninggalkan Midorima. Midorima berusaha memanggil namun ia tidak bisa mengejar.

“Tunggu...” tiba-tiba Midorima sadar bahwa ia tertidur di dalam bak mandi “Uhuk!!! Uhuk!!!” ia tersedak banyak air saat di dalam air tadi. Ia bahkan tidak percaya akan tertidur di saat seperti ini.
 Nafasnya terenggah-enggah. Dari kepalanya, timbul satu pertanyaan. Apa maksud dari mimpi ini? Apa kah ada maksud yang mendalam?... pertanyaan itu terus diulang dalam kepala Midorima yang mulai membingung.

--

keesokan harinya, di sekolah. midorima melihat jelas wajah Takao yang sedikit murung. Dalam hatinya bertanya-tanya, ada apa dengan Takao. Tapi untuk apa juga ia memperhatikan Takao hingga se-teliti itu. Biasanya juga tidak pernah. Ah, yasudahlah...

Midorima kembali memperhatikan pak guru yang menerangkan pelajaran di depan. Tapi, ia masih merasa terganggu. Tidak biasanya Takao setenang ini. Bahkan saat bel masuk kelas, ia tidak memanggil Midorima. Memang rasanya sepi bagi Midorima. Namun, lama-kelamaan hal ini membuatnya jengkel saja.

“Hey Takao..” panggil Midorima dengan perlahan.

“Ada apa Shin-chan?” jawab Takao dengan masih memperhatikan ke depan.

“Aku bolehkan, menginap di rumah mu malam ini?”

“Hah? Apa itu? apa sifat tsundere mu menghilang?”

“Aku tidak tsundere nanodayo” Midorima tambah jengkel dengan kata-kata Takao yang masih tidak melihat ke arahnya.

“Lagi pula untuk apa?”

“Besok minggu, aku juga ingin bertanya pada mu satu hal...”

“Kalau seperti itu, kenapa tidak tanya disini saja? Kan kita juga setiap hari bertemu kan? Lagi pula kau itu kenapa, kau terlalu perhatian dengan ku sampai seperti ini, lagi pula jarang-jarang juga kau berbicara dengan ku...”

Oke, kata-kata tadi membuat Midorima sangat kesal. Ia pun berdiri dari bangku nya saking kesalnya.

“BUKAN BEGITU NANODAYO!!!” sentaknya tanpa sengaja dan membuat seluruh kelas menghentikan aktifitasnya. Kemudian ia tersadar bahwa tingkah lakunya yang tiba-tiba itu membuat pelajaran terganggu.

“Tuan Midorima, Jika kau ingin mengatakan sesuatu katakan di depan!” sentak pak guru yang sedang mengajar di depan.

“M..maaf..” kata Midorima sambil membenarkan kacamata dan menahan malu. Seluruh kelas pun menertawakannya. Namun, lagi-lagi Midorima tersadar sesuatu bahwa hanya Takao yang tidak tertawa. Pandangannya tetap kosong tanpa ekspresi seolah-olah ada kejadian buruk menimpanya.

--

Hari ini serasa begitu sepi bagi Midorima. Takao tidak bisa di ajak berbicara. Ia selalu saja membuang muka setiap kali bertemu dengan Midorima. Jika biasanya hampir tiap waktu Takao berbicara dengan Midorima, entah mengapa kali ini tidak.

Setelah beberapa jam pelajaran, akhirnya bel pulang berbunyi. Midorima pun mengambil tasnya dan lucky item-nya hari ini berupa boneka kura-kura, dan bergegas meninggal kan bangkunya tanpa meninggal kan Takao. Tiba-tiba, ada sebuah tangan yang memegang pundaknya dan berusaha menghentikannya.

“Kau benar-benar akan menginap di rumah ku?” ini Takao.

Midorima langsung berbalik. “Huh... mengapa baru sekarang nanodayo?”

Tiba-tiba Takao tersenyum. Lama-kelamaan ia terlihat menahan tertawa. Dan akhirnya pun tertawa.

“Pfft.. Bwahaha!!” Takao tertawa sambil memegangi perutnya yang sakit karena tertawa.

“KENAPA KAU TERTAWA NANODAYO??!!”

“Habis nya... wajah Shin-chan!... bwahaha!! Aku tidak berbicara dengan mu seharian ini rupanya membuat mu segalau itu ya?...” kata Takao menyeka air mata yang keluar karena tertawanya.

“Sudahlah kau membuat ku kesal! Aku pulang saja nanodayo”

“Eh!” Takao langsung menarik tangan Midorima.”Maaf-maaf.. aku hanya bercanda... jangan seperti itu. Jika kau ingin menginap di rumah ku tidak apa...”

“Kau membuat ku kesal saja. Ekspresi mu hari ini membuat ku sedikit khawatir pada mu tau!”

“Hee? Rupanya memang benar sifat Tsundere mu sudah mulai hilang”

“Sudah kubilang dari awal kalau aku bukan Tsundere nanodayo..”

--

Hari menjelang sore. Kebetulan hari ini tidak ada latihan klub karena hari Sabtu. Midorima dan Takao bisa pulang lebih awal lagi. Kali ini mereka berjalan kaki. Takao lupa tidak membawa gerobak yang biasa ia pakai untuk membonceng Midorima.

“Maaf ya Shin-chan...”

“Minta maaf untuk apa nanodayo?”

“Aku lupa membawa gerobaknya hehe...” kata Takao sambil menggaruk kepala.

Midorima melihat jelas wajah Takao yang tersenyum polos itu. Ia sekarang merasa bahwa seharusnya ia lah yang meminta maaf. Ia selalu saja jadi orang yang di atas gerobak dan duduk santai. Sedangkan Takao hanya tersenyum menanggapinya dan selalu jadi yang mengayuh sepeda.

“Shin-chan.”

“Huh?”

“Ayo kita berangkat...”

“Oh.. iya...”

Mereka berdua pun berjalan menuju rumah Takao. Sepanjang perjalanan menuju rumah Takao, pikiran Midorima tidak setenang biasanya. Karena pikirannya yang tadi membuatnya sedikit tidak tenang dar biasanya.

--

Matahari sudah tergelincir di ufuk barat. Hari sudah sore dan hampir petang. Lampu-lampu di kota sudah dinyalakan. Lampu jalanan, rumah-rumah, dan toko-toko. Hari ini adalah akhir pekan. Banyak orang yang jalan-jalan di kota. Meskipun begitu jalanan tidak seramai biasanya.

Saat ini, Midorima sudah berada di dalam rumah Takao. Tepatnya di ruang tamu. Takao benar soal ruang tamu ini. Dingin. Meskipun begitu, lantai kayunya terasa hangat di kaki dan juga ada futon di depan TV mereka. Dan sinar lampunya juga membuat hangat.

Tiba-tiba, Takao datang membawa kue di atas nampan. Kue berbentuk bunga dan juga secangkir teh hijau di sebelahnya.

“Ini silakan..” kata Takao seraya menaruh nampan kayu itu di atas meja futon. Lalu ia menurunkan apa yang ada di atas nampan itu.

“Kau menyiapkan ini ya?”

“Aku kemarin membelinya karena aku merasa jika akan ada tamu suatu saat. Dan ternyata benar kan?”

Midorima dengan hati-hati mengambil cangkir berisi teh hijau itu.

“Selamat minum...” kemudian Midorima menyeruput air teh hijau yang ada di dalam cangkir.

Pada awalnya, ia tidak merasakan apa-apa. Tunggu, wajahnya memucat. Tiba-tiba nafas Midorima terenggah-enggah seperti orang tersedak.

“Uhuk!!uhuk!!” Midorima terbatuk-batuk sambil memukuli dadanya yang sesak.

“Shin-chan?!!” sedangkan Takao terlihat panik dan bingung hendak melakukan apa.

Kemudian Midorima pingsan seketika di ruangan itu.

--

Midorima tidak bisa melihat apa pun. Yang dilihat nya hanyalah hitam. Gelap gulita dan tidak ada siapa pun di sana.

“Shin-chan...” tiba-tiba, suara Takao membangunkan Midorima.

Midorima pun perlahan sadar dan membuka matanya. Ia perlahan mengangkat tubuhnya yang tadinya terbaring di kasur. Memegangi kepalanya yang sedikit pening akibat terbentur di lantai tadi.

“S..Shin-chan, AKU MINTA MAAF!!!” Takao langsung membungkukan badannya berulang-ulang kali menyesali perbuatannya.

“Hah? Apa maksud mu? nanodayo” kata Midorima yang bingung melihat temannya yang satu ini langsung berteriak-teriak minta maaf.

“Maaf kan aku, tadi teh hijau ku membuat mu pingsan ya? Maaf..” kata Takao sambil menyatukan dua tangannya.

“Hhh.. memangnya kau memasukan apa kedalamnya...”

“Uhm.. bahan yang biasa... Daun Teh hijau, sedikit gula mungkin, karena aku takut jika tehnya terlalu pahit...”

“Teh hijau memang pahit nanodayo!” kata Midorima menahan amarahnya.

“..dan juga aku memasukan tablet vitamin 10 buah, dan juga suplemen ke dalamnya..” entah mengapa wajah Takao terlihat polos ketika mengatakan hal itu.

Dalam pikiran, Midorima hanya bisa menahan amarahnya sambil berkata dalam hati ‘Dia mau membunuh ku nanodayo..’.

“Aku minta maaf... sebagai tanda minta maaf ku, ini..” Takao memberikan semangkuk berisikan nasi goreng dengan telur di atasnya.

Midorima hanya bisa menelan beberapa air liurnya. Ia takut jika ia menolak pasti akan sangat tidak sopan, apalagi ini adalah tanda minta maaf. Tapi jika ia makan, ia juga tidak bisa menjamin bahwa ia akan selamat atau tidak.

“Shin-chan? Kau mau kan?”

“Ehmm.. iya..” Midorima dengan ragu-ragu mengambil mangkuk itu. “Selamat makan...” kata Midorima sedikit ketakutan.

Perlahan ia mencapit beberapa butir nasi dengan sumpit. Mengarahkan nasi itu kedalam mulutnya. Kemudian mengunyahnya.

“Bagaimana?”

Midorima kembali terkejut. “Ini..”

Takao kebingungan melihat wajah Midorima yang seperti ini. Tidak biasanya Midorima membuat wajah sebahagia itu.

“Enak nanodayo...”

Takao tersadar dengan ucapan Midorima. Ia tersenyum karena mendengar itu. “Terimakasih...” kata Takao yang wajahnya sedikit memerah.

--

Akhirnya malam pun datang. Midorima dan Takao sudah bersiap dengan baju yang biasa mereka pakai untuk tidur. Takao mengenakan kaos hitam lengan pendek dan celana pendek. Sedangkan Midorima memakai piyama dan topi tidurnya, tidak lupa membawa boneka lucky itemnya, boneka kura-kura.

“Baiklah Shin-chan, kau tidur di kasur hari ini..”

“Kenapa aku? Nanodayo, kau kan tuan rumahnya jadi...”

“Yah.. anggap saja ini sebagai minta maaf ku atas kejadian tadi. Kau juga bisa sakit akibat kesalahan ku tadi jika kau tidur di lantai.”

“Soal itu...”

Tiba-tiba entah mengapa semua terdiam. Midorima seperti kehabisan kata-kata lagi. Tiba-tiba ia teringat sesuatu yang terjadi tadi pagi.

“Soal pagi tadi, ada apa?”

“Apa maksudmu Shin-chan?”

“Kau terlihat murung seperti itu... ada apa ? nanodayo”

“Hahaha, aku rasa aku memang tidak bisa menjaga rahasia dari mu ya? Baiklah aku akan menjelaskan. Kau tau kan, Ibu ku sudah lama di rawat inap di rumah sakit Tokyo. Ia selalu teringat bagaimana kehebatan Ayah ku dalam bermain basket. Tapi, bisa jadi ia berharap tidak pernah melihat Ayah ku saat bermain basket...” tiba-tiba, reaksi Takao berubah.

“Ada apa?”

“Aku... maaf..” air mata Takao tiba-tiba keluar perlahan. “Aku benci mengatakan ini, tapi... Ayah ku meninggal karena bermain basket, ia cedera di kaki akibat tergelincir. Dan ternyata luka dalam yang di derita ayah ku membuatnya terserang infeksi... meskipun ia bisa bertahan beberapa hari, namun infeksi itu sangat cepat menyebar sehingga ayah... meninggal...”

Midorima hanya terdiam.

“Saat itu aku sempat membenci basket. Namun, aku terlanjur suka pada basket sehingga aku selalu dan selalu berlatih. Sehingga aku menyukainya lagi. Tapi, sepertinya akan ada hambatan lagi...”

“Apa itu? nanodayo”

“Ibu ku.. dia..” Takao mengangkat kepalanya yang tadinya menunduk sambil mengusap air matanya “Dia menyuruhku berhenti bermain basket...”

Midorima terkejut mendengar kalimat itu. Apa kah ini rahasia yang selama ini di sembunyikan Takao.

--bersambung—

Tidak ada komentar:

Posting Komentar